Kiki, teman SMP ku
Ketika aku masih di SMP, aku melihat seorang anak dari sekolahku berjalan pulan membawa semua buku-bukunya.
“Mengapa ada orang membawa pulang semua bukunya padahal besok libur akhir pekan? Dia pasti benar-benar bodoh” pikirku dalam hati.
Saat sedang berpikir begitu, aku melihat sekelompok anak berlari ke arahnya. Mereka berlari ke arahnya, menjatuhkan semua buku dari tanganya dan menjegalnya hingga jatuh.
Kacamatanya terbang dan mendarat sekitar 3 meter dari dirinya.
Ada kesedihan yang mendalam di matanya, dan hatiku menyuruhku menghampirinya . aku melihat air matanya saat aku menyerahkan kacamatanya.
“orang-orang itu kurang ajar. Mereka harus mendapatkan pelajaran” kataku padanya
Dia menatapku dengan senyum penuh rasa terimakasih dan berkata “ Hai , terima kasih!”
Aku membawakan bukunya dan berbincang sepanjang jalan pulang.
Dia ternyata cukup keren, semakin aku mengenal Kiki, semakin aku kagum padanya.
Selama tiga tahun berikutnya, Kiki dan aku menjadi teman baik.
Lalu datanglah Hari kelulusan dan Kiki harus menyiapkan pidato sebagai lulusan terbaik.
Kiki adalah salah satu murid yang benar-benar menemukan jati dirinya selama di SMP. Merasakan kegelisahanya, kutepuk punggungnua dan kusapa,”Hai sobat. Kamu pasti tampil liar biasa!”
Dia menatapku dengan senyum berucap “Terima Kasih” dan bersiap-siap untuk pidatonya.
“Wisuda adalah waktu untuk berterimakasih kepada mereka yang telah membantumu melewati tahun-tahun yang sulit . orang tua, guru dan saudara Anda,.. tapi lebih dari itu teman-temanlah yang lebih banyak mengisi hari-harimu. Menjadi teman bagi seseorang adalah hadiah terbaik yang bisa kamu berikan”. Kemudian dia menatapku dan melanjutkan “ Aku akan menceritakan sebuah kisah “ Aku melihat temanku seolah tidak percaya saat dia menceritakan kisah hari pertama kami bertemu.
Karena depresi mengalami perundungan dari teman-temanya, dia merencanakan untuk berhenti sekolah pada hari itu. Dia bercerita tentang bagaimana dia membawa semua perlengkapan sekolahnya, agar ibunya tidak harus melakukanya nanti. Dia menatapku dengan tajam dan memberiku sedikit senyum, “syukurlah, aku diselamatkan. Temanku menyelamatkanku dari melakukan hal yang tak terucapkan”
Semua hadirin memperhatikan temanku yang cerdas dan populer ini menceritakan momen terlemahnya. Aku melihat ibu dan ayahnya menatapku dengan senyuman penuh syukur yang sama. Belum sampai disitu aku menyadari kedalam maknanya.
Satu kata atau tindakan kecil dapat merubah kehidupan seseorang, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Jadilah alasan seseorang percaya pada kebaikan orang dan perlahan kita bisa mengubah dunia . Selalu berikan kebaikan setiap waktu.
Comments
Post a Comment